Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan
By
EduPublika
"Sebagai guru bangsa, Prof. A. Syafii Maarif menyajikan argumen
yang begitu kuat dan komprehensif tentang pentingnya mengembangkan
keislaman di tanah air dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan.
Tahniah atas masterpiece ini." —Azyumardi Azra, Guru Besar Sejarah,
Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta Islam lahir dan berkembang
sepenuhnya dalam darah dan daging sejarah, tidak dalam kevakuman budaya.
Sebagai agama-sejarah, Islam telah, sedang, dan akan terus bergumul
dengan lingkungan yang senantiasa berubah. Tujuan Islam adalah
mengarahkan perubahan itu agar tidak tergelincir dari jalan lurus
kenabian, dari jalan keadilan. Namun, sering kali Islam diasingkan dari
persentuhan dengan fakta budaya dan sosial. Akibatnya, Islam menjadi
ahistoris dan gamang menghadapi perubahan dan gagal mengemban misinya
menuntun peradaban. Buku ini memuat gagasan reflektif dari seorang
cendekiawan Muslim dan guru bangsa, Ahmad Syafii Maarif.
Refleksi ini lahir dari keprihatinan bahwa umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Nusantara, semestinya tidak lagi mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu haruslah senafas agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah, terbuka, inklusif. Inilah tantangan sekaligus peluang yang coba dijawab buku ini. Jika keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan telah senafas dalam jiwa, pikiran, dan tindakan umat Muslim Indonesia, Islam Indonesia akan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa. Sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat, yang memberikan keadilan, keamanan, dan perlindungan kepada semua pendudu k Nusantara. Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin dan menolak kemiskinan sehingga berhasil dihalau dari negeri ini.
Di tengah keringnya karya cendekiawan Muslim yang menawarkan kesegaran wacana dan solusi, buku ini tampil menawarkan pemikiran yang utuh, mendalam, kreatif, dan berpijak pada pemahaman sejarah yang kokoh tentang isu-isu penting yang menentukan identitas Muslim Indonesia. Sebuah masterpiece yang harus dibaca siapa pun—dari agama, etnis, maupun pandangan politik mana pun—yang menaruh kepedulian terhadap masa depan bangsa Indonesia. ***
“Saya sarankan kepada Mendiknasagar karya Ahmad Syafii Maarif ini dijadikan buku wajib di sekolah, setidaknya sampai tingkat SMA. Karya ini tidak konvensional. Sangat penting bagi keindonesiaan.” —Dr. Anhar Gonggong, Sejarawan LIPI
Refleksi ini lahir dari keprihatinan bahwa umat Islam, sebagai penduduk mayoritas Nusantara, semestinya tidak lagi mempersoalkan hubungan Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Ketiga konsep itu haruslah senafas agar Islam yang berkembang di Indonesia adalah sebuah Islam yang ramah, terbuka, inklusif. Inilah tantangan sekaligus peluang yang coba dijawab buku ini. Jika keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan telah senafas dalam jiwa, pikiran, dan tindakan umat Muslim Indonesia, Islam Indonesia akan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa. Sebuah Islam yang dinamis dan bersahabat, yang memberikan keadilan, keamanan, dan perlindungan kepada semua pendudu k Nusantara. Sebuah Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin dan menolak kemiskinan sehingga berhasil dihalau dari negeri ini.
Di tengah keringnya karya cendekiawan Muslim yang menawarkan kesegaran wacana dan solusi, buku ini tampil menawarkan pemikiran yang utuh, mendalam, kreatif, dan berpijak pada pemahaman sejarah yang kokoh tentang isu-isu penting yang menentukan identitas Muslim Indonesia. Sebuah masterpiece yang harus dibaca siapa pun—dari agama, etnis, maupun pandangan politik mana pun—yang menaruh kepedulian terhadap masa depan bangsa Indonesia. ***
“Saya sarankan kepada Mendiknasagar karya Ahmad Syafii Maarif ini dijadikan buku wajib di sekolah, setidaknya sampai tingkat SMA. Karya ini tidak konvensional. Sangat penting bagi keindonesiaan.” —Dr. Anhar Gonggong, Sejarawan LIPI
